Seminar Hasil Pemantauan Karantina Bahas Strategi Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di Sumatera Selatan
Palembang, 10 November 2025 — Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Sumatera Selatan menggelar Seminar Hasil Pemantauan Daerah Sebar HPHK, HPIK, dan OPTK Tahun 2025 dengan tema “Optimalisasi Hasil Pemantauan HPHK, HPIK, dan OPTK untuk Peternakan, Perikanan, dan Pertanian yang Berkelanjutan.” Kegiatan ini berlangsung di Aula Lantai 2 BKHIT Sumatera Selatan dan diikuti oleh lebih dari 80 peserta, baik secara luring maupun daring, yang terdiri dari pejabat karantina, akademisi, serta perwakilan instansi pemerintah kabupaten/kota di seluruh Provinsi Sumatera Selatan. Acara dibuka secara resmi oleh Kepala BKHIT Sumatera Selatan, drh. Sri Endah Ekandari, M.Si., yang menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengendalian hama, penyakit, dan organisme pengganggu yang berpotensi mengancam ketahanan pangan nasional. “Kegiatan ini menjadi momentum bagi kita semua untuk memperkuat koordinasi, memastikan sistem karantina berfungsi optimal, dan menjaga keberlanjutan sektor agrikultur di Sumatera Selatan,” ujarnya. Dalam sesi utama, Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, menyampaikan materi berjudul “Kajian Pengembangan Produk Pertanian dan Hortikultura di Sumatera Selatan.” Dalam paparannya, Prof. Herlinda menekankan bahwa pengembangan komoditas unggulan pertanian tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan dan pengawasan terhadap OPTK (Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina) yang berpotensi menurunkan produktivitas tanaman. Ia menyoroti pentingnya sinergi antara kegiatan penelitian, pengawasan karantina, dan penerapan teknik sampling lapangan yang akurat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan kebijakan pengendalian.
Lebih lanjut, Prof. Siti Herlinda menjelaskan bahwa teknik sampling dalam pemantauan OPTK harus dilakukan secara representatif dengan memperhatikan keragaman ekosistem, kondisi geografis, serta karakteristik komoditas pertanian lokal. Pendekatan ilmiah semacam ini menurutnya dapat membantu mendeteksi lebih dini potensi serangan organisme pengganggu dan mencegah penyebaran lintas wilayah. Selain itu, ia juga menegaskan bahwa hasil pemantauan lapangan seharusnya tidak berhenti pada aspek teknis semata, tetapi perlu diintegrasikan dengan upaya pengembangan produk pertanian bernilai tambah tinggi, misalnya melalui inovasi varietas tahan hama, penerapan bioteknologi, dan sistem pertanian ramah lingkungan. Selain Prof. Siti Herlinda, seminar ini juga menghadirkan narasumber dari berbagai instansi, antara lain Kepala Balai Veteriner Provinsi Lampung, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Dinas Perikanan Provinsi Sumatera Selatan, serta Ketua Jurusan Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Universitas Sriwijaya. Para narasumber ini membahas berbagai topik mulai dari pengendalian penyakit hewan strategis, mitigasi penyakit ikan, hingga kebijakan teknis pengendalian virus dan gulma tanaman hortikultura di Sumatera Selatan.
Diskusi berlangsung dinamis dengan berbagai tanggapan dan masukan dari peserta, baik dari instansi pemerintah maupun akademisi. Hasil pembahasan menghasilkan sejumlah rekomendasi teknis dan kebijakan untuk mendukung kegiatan pemantauan dan pengendalian HPHK, HPIK, dan OPTK secara berkelanjutan. Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama dan ramah tamah, menandai komitmen seluruh peserta untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam menjaga ketahanan pangan, keamanan hayati, dan keberlanjutan sumber daya pertanian di Sumatera Selatan.
Penulis: Tim Redaksi HPT-FP UNSRI
Editor: Tim HPT Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Foto: Dokumentasi HPT dan BKHIT Sumatera Selatan
Fakultas Pertanian UNSRI Perkuat Wawasan Global Mahasiswa melalui International Guest Lecture
Indralaya, 6 November 2025 – Program Studi Proteksi Tanaman, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya menyelenggarakan kegiatan International Guest Lecture bertema “Hornet (Vespa) in Their Society, Annual Life Cycles at Temperate Regions and Chemical Ecology”. Acara ini menghadirkan Dr. Masakazu Nishimura dari Tamagawa University Jepang sebagai narasumber utama. Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi pembelajaran dari tiga mata kuliah, yaitu Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHPT), Agens Hayati, dan Ekologi Serangga. Sebanyak 150 mahasiswa mengikuti kegiatan ini, yang terdiri dari Program Studi Proteksi Tanaman (S1), Agroekoteknologi (S1), dan Ilmu Tanaman (S2).
Kegiatan berlangsung dengan lancar dan interaktif, dipandu oleh Erise Anggraini, S.P., M.Si., Ph.D. sebagai Master of Ceremony (MC) serta Dr. Weri Herlin, S.P., M.Si., Ph.D. selaku moderator. Acara diawali dengan opening speech oleh Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) sekaligus Koordinator Program Studi Proteksi Tanaman. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kegiatan kuliah tamu internasional sebagai sarana untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai perkembangan ilmu perlindungan tanaman di tingkat global. Selanjutnya, Prof. Dr. Ir. A. Muslim, M.Agr., selaku Dekan Fakultas Pertanian, memberikan sambutan sekaligus membuka acara secara resmi. Dalam pidatonya, beliau menyampaikan apresiasi kepada narasumber atas kesediaannya berbagi ilmu dan berharap adanya tindak lanjut kerja sama internasional. “Kami sangat berterima kasih kepada Dr. Nishimura yang telah meluangkan waktu memberikan kuliah kepada kami. Ke depan, kami berharap beliau dapat berkunjung langsung ke Indonesia untuk memperkuat kerja sama dalam bidang akademik, seperti kolaborasi riset, publikasi internasional, maupun menjadi external examiner bagi mahasiswa kami” ujar Prof. Muslim.
Dalam pemaparannya, Dr. Nishimura menjelaskan secara menarik mengenai peran penting tawon Vespa (hornet) di dalam ekosistem. Dr. Nishimura menyoroti perilaku sosial tawon, mulai dari sistem kerja sama dalam koloni, reproduksi, cara mereka berkomunikasi menggunakan senyawa kimia, hingga sikap agresif yang muncul saat mempertahankan sarang. Selain itu, Dr. Nishimura menegaskan bahwa pemahaman terhadap ekologi dan perilaku kimia tawon penting untuk mengetahui bagaimana serangga ini berinteraksi dengan lingkungannya. Ia menjelaskan bahwa perilaku tersebut berperan besar dalam menjaga dinamika ekosistem, baik sebagai predator alami maupun sebagai bagian dari rantai makanan yang kompleks di alam. Sesi diskusi berlangsung interaktif, dengan banyak mahasiswa yang antusias mengajukan pertanyaan. Salah satu mahasiswa yaitu Gio Fani bertanya, “Apakah hornet dapat dikembangkan sebagai predator musuh alami dari hama pertanian di Indonesia?” Menanggapi pertanyaan tersebut, Dr. Nishimura menjelaskan bahwa secara ekologis, hornet memang berpotensi menjadi predator alami, mengingat kemampuannya dalam memburu berbagai jenis serangga. Namun, ia menekankan bahwa penerapannya di wilayah tropis perlu dikaji lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor iklim, keamanan terhadap manusia, serta keseimbangan ekosistem. Melalui platform Zoom Meeting, Prof. Dr. Ir. Yulia Pudjiastuti, M.S. turut memberikan tanggapan. Beliau menyampaikan bahwa secara teori, hornet memang dapat berperan sebagai predator serangga hama, tetapi pemanfaatannya harus dikaji secara mendalam karena serangga ini merupakan predator generalis yang juga dapat memangsa organisme non-target. Oleh karena itu, pendekatan ekologis yang hati-hati sangat diperlukan sebelum mempertimbangkan penggunaannya dalam sistem pertanian.
Sebagai bentuk apresiasi, kegiatan ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada Dr. Masakazu Nishimura atas partisipasi dan kontribusinya sebagai narasumber dalam International Guest Lecture tersebut. Sertifikat diserahkan secara simbolis oleh Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan sekaligus Koordinator Program Studi Proteksi Tanaman. Acara kemudian diakhiri dengan sesi foto bersama seluruh peserta, dosen, dan panitia. Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa memperoleh wawasan baru mengenai peranan tawon dalam ekosistem serta pentingnya memahami interaksi serangga dalam menjaga keseimbangan alam. Kegiatan ini juga menjadi langkah nyata Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya dalam memperkuat jejaring akademik internasional dan meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis pengalaman global.
Program Studi THP Gelar Diseminasi dan Pelatihan Teknologi Pengemasan untuk Tingkatkan Nilai Tambah Produk Olahan Ikan di Desa Burai
Senin (03/11/2025), Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Desa Burai Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan, dengan tema “Diseminasi dan Pelatihan Teknologi Pengemasan dan Penyimpanan sebagai Upaya Peningkatan Nilai Tambah Produk Olahan Ikan pada Masyarakat Desa Burai”. Kegiatan ini didukung oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sriwijaya. Tujuan pelaksanan kegiatan PkM adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman, serta meningkatkan keterampilan masyarakat Desa Burai tentang teknologi pengemasan dan penyimpanan produk olahan ikan. Tim PkM terdiri dari dosen dan mahasiswa, dengan ketua pelaksana Dr. Merynda Indriyani Syafutri, S.TP., M.Si. Peserta atau responden kegiatan PkM adalah masyarakat Desa Burai, khususnya ibu-ibu.
Kegiatan PkM dimulai dengan pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai teknologi pengemasan dan penyimpanan produk olahan ikan, seperti kerupuk, kemplang, pempek, dan juga produk frozen food. “Pengemasan adalah kegiatan membungkus, melindungi, dan menata produk dengan menggunakan wadah atau bahan tertentu agar produk tetap aman, bersih, menarik, dan tahan lama hingga sampai ke tangan konsumen.”, jelas Citra Defira, S.Si., M.Si. selaku narasumber dalam kegiatan ini. Lebih lanjut Syifa’ Robbani, S.TP., M.T. menambahkan bahwa produk olahan ikan yang kering (seperti kemplang panggang dan kerupuk) bisa dikemas menggunakan plastik polipropilen dan bagian atas diikat menggunakan kabel ties atau bisa ditutup menggunakan sealer. Selain itu bisa juga menggunakan standing pouch dan diberi label yang lebih menarik menggunakan label stiker. Pada kesempatan ini tim kegiatan pengabdian kepada masyarakat juga menyampaikan bahwa untuk produk olahan ikan seperti pempek dan frozen food dapat dikemas menggunakan kemasan vakum dan dikombinasikan dengan penyimpanan pada suhu beku, sehingga dapat mempertahankan kualitas produk olahan ikan.
Pada kesempatan ini, para peserta sangat antusias menyimak materi dan juga mengikuti sesi tanya jawab. Sebelum kegiatan selesai, masyarakat Desa Burai yang hadir pada kegiatan melakukan praktik mengemas produk kemplang dan frozen food menggunakan kemasan standing pouch dan kemasan vakum. Turut hadir Sekretaris Desa Burai (Arianto, S.Pd.) beserta perangkat desa lainnya, dan Koordinator Penyuluh Desa Burai (Nofran, S.P.), yang juga menyambut baik dan mendukung penuh kegiatan ini ini.
Praktisi Mengajar Jilid III: Kolaborasi Unsri dan Badan Karantina dalam Edukasi dan Pelayanan Masyarakat
Indralaya, 3 November 2025 – Program Praktisi Mengajar Jilid III kembali dilaksanakan di Universitas Sriwijaya melalui kerja sama dengan Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Selatan. Kegiatan ini diinisiasi oleh Program Studi Proteksi Tanaman, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Fakultas Pertanian, sebagai bagian integral dari pelaksanaan mata kuliah wajib Karantina Tumbuhan dalam Kurikulum 2024. Sebanyak 86 mahasiswa turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini untuk memperkuat pemahaman dan pengalaman praktis mengenai isu-isu perlindungan tanaman di lapangan. Ketua Jurusan HPT sekaligus Koordinator Program Studi Proteksi Tanaman, Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., hadir memberikan sambutan hangat mewakili Dekan Fakultas Pertanian Prof. Ir. A. Muslim, M.Agr. “Saya berharap melalui praktisi mengajar Jilid III ini, semangat kolaborasi antara Universitas Sriwijaya dan Badan Karantina Indonesia semakin kuat. Tidak hanya dalam kegiatan edukasi, tetapi juga dalam pelayanan masyarakat dan pengembangan riset terapan di bidang proteksi tanaman” ungkap Prof Herlinda dalam membuka acara.
Pada kesempatan ini, kegiatan praktisi mengajar mengusung tema “Peran Badan Karantina Indonesia dalam Melayani Masyarakat” yang disampaikan oleh Ibu Anita Setyawati, S.P., M.Si. dan Ibu Nadia Devega Panggar Besi, S.P., M.Si. Dalam pemaparannya, Ibu Anita menjelaskan peran strategis Badan Karantina Indonesia sebagai garda terdepan dalam menjaga keamanan hayati negara. Beliau menekankan bahwa pelayanan karantina tidak hanya berfokus pada pengawasan dan pencegahan masuknya organisme pengganggu, tetapi juga pada pelayanan publik yang cepat, transparan, dan berbasis digital. Sementara itu, Ibu Nadia menambahkan, “Petugas karantina tidak hanya bekerja di pelabuhan atau bandara, tetapi juga aktif mendampingi petani dan eksportir agar produk pertanian mereka aman dan memenuhi standar ekspor” Beliau menjelaskan bagaimana sosialisasi, bimbingan teknis, dan inspeksi lapangan menjadi bagian penting dari pelayanan publik Badan Karantina. Kedua narasumber juga membagikan pengalaman nyata di lapangan. Ibu Anita menyebutkan, “Beberapa kali kami menemukan komoditas yang terindikasi terserang hama dan penyakit. Penanganan cepat sangat penting agar tidak menyebar ke daerah lain.” Ibu Nadia juga menambahkan, “Kami selalu berupaya memastikan produk ekspor segar sampai ke tujuan dengan aman, sekaligus memberi edukasi kepada masyarakat agar lebih memahami regulasi dan prosedur karantina”.
Sesi tanya jawab berlangsung sangat interaktif. Mahasiswa terlihat antusias mengajukan berbagai pertanyaan terkait implementasi karantina di lapangan, prosedur pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), hingga strategi pelayanan publik bagi petani dan eksportir. Azzahra, salah satu mahasiswa Proteksi Tanaman menanyakan, “Mengapa masih banyak masyarakat, terutama petani, yang belum memahami pentingnya karantina tumbuhan? Apakah ada upaya khusus dari Badan Karantina untuk meningkatkan edukasi di lapangan?”
Menanggapi pertanyaan tersebut, Ibu Nadia menjelaskan, “Memang benar, banyak yang belum teredukasi mengenai regulasi karantina. Masih ada anggapan bahwa karantina hanya memperlambat proses pengiriman barang. Padahal, tujuan utama kami adalah melindungi pertanian nasional dari ancaman organisme pengganggu tumbuhan yang bisa menimbulkan kerugian besar.” Beliau juga menambahkan bahwa Badan Karantina Indonesia terus berupaya melakukan sosialisasi melalui berbagai kegiatan edukatif, baik di tingkat petani, eksportir, maupun masyarakat umum. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang peran strategis Badan Karantina Indonesia dalam melindungi komoditas pertanian sekaligus melayani masyarakat dengan profesionalisme.
Kolaborasi Akademisi dan Profesional: Program Studi THP Gelar Praktisi Mengajar Mata Kuliah Regulasi dan Standarisasi Mutu
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya melaksanakan kegiatan Praktisi Mengajar Mata Kuliah Regulasi dan Standarisasi Mutu dengan tema “Penerapan Regulasi dan Standarisasi Mutu di Industri Pangan” secara hybrid pada Sabtu (01/11/2025). Kegiatan ini menghadirkan Alumni Program Studi THP, Febry Ramadhani, S.TP., sebagai narasumber. Beliau adalah QA Officer PT. Tudung Putra Putri Jaya, Indonesia.
Kegiatan Praktisi Mengajar Program Studi THP ini dibuka secara langsung oleh Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Prof. Dr. Ir. A. Muslim, M.Agr., dan dihadiri oleh Ketua Jurusan Teknologi Pertanian sekaligus Koordinator Program Studi THP, Prof. Dr. Budi Santoso, S.TP., M.Si., Dosen, serta mahasiswa aktif Program Studi THP. Ketua pelaksana kegiatan Praktisi Mengajar, Harumi Sujatmiko, S.TP., M.Si., menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman dan ilmu kepada mahasiswa tentang aplikasi regulasi atau peraturan dan juga standarisasi mutu khususnya di industri pangan.
Narasumber pada kegiatan Praktisi Mengajar kali ini menyampaikan banyak hal terkait tema kegiatan seperti pentingnya menjaga mutu produk di industri pangan, regulasi dan standarisasi mutu yang diberlakukan di industri pangan, penerapan regulasi dan standarisasi mutu, dan lain-lain. Narasumber berharap semoga materi yang telah disampaikan pada kegiatan Praktisi Mengajar ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Program Studi THP.
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian FP UNSRI Gelar Praktisi Mengajar Mata Kuliah Teknoprenersip
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya melaksanakan kegiatan Praktisi Mengajar Mata Kuliah Teknoprenersip dengan tema “Dari Mahasiswa ke Pengusaha “Membangun Bakery Inovatif dengan Jiwa Technopreneurship” pada Selasa (28/10/2025). Kegiatan kuliah umum ini menghadirkan Alumni Program Studi THP, Maya Donna, S.TP., sebagai narasumber. Beliau adalah Founder My Bakery Palembang.
Kegiatan Praktisi Mengajar Program Studi THP ini dibuka secara langsung oleh Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Penjaminan Mutu Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Herpandi, S.Pi., M.Si., Ph.D., dan dihadiri oleh Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, Koordinator Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Dosen, serta mahasiswa aktif Program Studi THP Angkatan 2023 dan 2025. Ketua pelaksana kegiatan Praktisi Mengajar, Ina Permata Sari, S.Pi., M.Si., menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman, ilmu dan motivasi kepada mahasiswa tentang bisnis atau berwirausaha, khususnya di bidang bakery.
Narasumber pada kegiatan Praktisi Mengajar kali ini menyampaikan banyak hal terkait tema kegiatan seperti trik memulai bisnis khususnya bisnis bakery, hal-hal yang harus disiapkan, tantangan dan kendala dalam berbisnis bakery, cara menentukan pasar untuk produk bakery, dan lain-lain, termasuk motivasi bagi mahasiswa untuk memulai bisnis atau usaha dari sekarang. Narasumber berharap semoga materi yang telah disampaikan pada kegiatan Praktisi Mengajar ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Program Studi THP.
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian FP UNSRI Gelar Pelatihan Presentasi Bagi Mahasiswa
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya melaksanakan kegiatan pelatihan presentasi bagi mahasiswa dengan tema “From Slide to Stage: Practical Presentation Skills for Undergrads” pada Selasa, 14 Oktober 2025, di Ruang Seminar Lantai 2 Gedung Dekanat Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya. Kegiatan pelatihan ini menghadirkan Kukuh Ragil Prayogi, S.Psi., sebagai narasumber. Beliau merupakan Country Senior Associate, Talent Attraction (Big 4 Consulting Firm). Kegiatan pelatihan diikuti oleh mahasiswa aktif Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Angkatan 2022, baik kelas Indralaya dan juga kelas Palembang.
Ketua pelaksana kegiatan pelatihan, Tri Nurmaseli, S.TP., M.Sc., menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa, khususnya mahasiswa yang akan melaksanakan tugas akhir, dalam hal teknik presentasi dan komunikasi pada saat presentasi. Pada kegiatan pelatihan para peserta juga melakukan praktek presentasi dengan mendapatkan arahan dan masukan dari narasumber.
Praktisi Mengajar Jilid II: Kolaborasi Strategis Badan Karantina Indonesia dan Universitas Sriwijaya dalam Perlindungan Tanaman
Indralaya, 27 Oktober 2025 – Kegiatan praktisi mengajar oleh Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Selatan kembali dilakukan di Universitas Sriwijaya. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Program Studi Proteksi Tanaman, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian sebagai bagian dari mata kuliah wajib Karantina Tumbuhan dalam Kurikulum 2024. Kegiatan ini diikuti 86 mahasiswa untuk memperkuat pemahaman terkait permasalahan perlindungan tanaman di lapang. Pada kesempatan ini tema yang disampaikan mengenai Karantina dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Kegiatan praktisi mengajar dibuka oleh Dekan Fakultas Pertanian Prof. Ir. A, Muslim, M.Agr. yang diwakili oleh Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) sekaligus Koordinator Program Studi Proteksi Tanaman. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas terjalinnya sinergi yang berkelanjutan antara Jurusan HPT dengan Badan Karantina Indonesia. “Kegiatan seperti ini tentu sangat mendukung pencapaian Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) yang relevan dengan kebutuhan sektor pertanian” ujar Prof. Herlinda. Beliau juga menyampaikan pesan kepada mahasiswa untuk memahami regulasi karantina serta strategi pengendalian OPT sebagai bekal kompetensi profesional di bidang proteksi tanaman.
Materi tentang Karantina dan Pengendalian OPT disampaikan oleh dua narasumber yaitu Ibu Anita Setyawati, S.P., M.Si. dan Ibu Eka Yulistin, S.P., M.Si. Kedua narasumber memaparkan materi secara komprehensif, mencakup konsep dasar karantina tumbuhan, regulasi yang berlaku, serta prosedur pemeriksaan dan pengendalian OPT. Pengendalian dilakukan pada pintu-pintu pemasukan dan pengeluaran komoditas pertanian. Selain itu, peserta juga diberikan penjelasan mengenai contoh kasus nyata yang dihadapi petugas karantina di lapangan, seperti temuan organisme invasif dan mekanisme penanganannya. Ibu Eka Yulistin, S.P., M.Si. menjelaskan pentingnya karantina dalam keamanan pangan dan perdagangan global. Beliau juga memaparkan dasar hukum dan peraturan karantina tumbuhan di Indonesia yaitu UU No.21 Tahun 2019 pasal 1 angka 1. Lebih jauh, Ibu Eka juga memberikan informasi mengenai pemanfaatan teknologi dalam mendeteksi dan mengendalikan OPT melalui sistem pemantauan jarak jauh, diagnostik molekuler (PCR/DNA Barcoding) serta basis data terintegrasi. Ibu Anita Setyawati, S.P., M.Si. menambahkan pentingnya penerapan prinsip biosekuriti dalam setiap kegiatan pertanian. “Pencegahan jauh lebih efektif daripada penanganan setelah OPT menyebar. Oleh karena itu, kesadaran sejak dini tentang biosekuriti menjadi bekal penting bagi calon ahli proteksi tanaman,” ujarnya. Sesi tanya jawab berlangsung interaktif dengan antusiasme tinggi dari para mahasiswa. Rahma Arya mengajukan pertanyaan, “Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh Badan Karantina terhadap organisme kategori A1 dan A2?” Menanggapi hal tersebut, narasumber menjelaskan bahwa OPT kategori A1 merupakan organisme yang belum terdapat di Indonesia, sehingga tindakan karantina difokuskan pada pencegahan masuknya melalui pemeriksaan ketat di pintu pemasukan. Sedangkan OPT kategori A2 sudah ada di Indonesia, tetapi belum tersebar luas, sehingga dilakukan pengawasan dan pengendalian ketat agar tidak meluas ke daerah lain.
Pertanyaan berikutnya disampaikan oleh Arsi, SP., M.Si, yang bertanya, “Bagaimana cara mengidentifikasi buah yang tidak menunjukkan gejala, tetapi sebenarnya mengandung penyakit atau hama?” Narasumber menjelaskan bahwa deteksi semacam ini memerlukan pemeriksaan laboratorium seperti uji diagnostik dan analisis molekuler, karena tidak semua infeksi menimbulkan gejala fisik pada permukaan buah. Melalui diskusi tersebut, audiens memperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai pentingnya ketelitian dan prosedur ilmiah dalam sistem karantina tumbuhan dan pengendalian OPT.
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Dorong Pemahaman Bioteknologi Proteksi Tanaman melalui Praktisi Mengajar
Indralaya, 16 Oktober 2025 – Program Studi Proteksi Tanaman, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, kembali menyelenggarakan praktisi mengajar dalam mata kuliah Pengantar Biotek Perlindungan Tanaman dengan tema “Molecular Approaches for Detecting Basal Stem Rot in Oil Palm Caused by Ganoderma boninense”. Kegiatan ini diselenggarakan melalui kolaborasi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), PT. Wilmar Benih Indonesia pada Divisi Bioteknologi (R&D Biotech), yang diwakili oleh Maria Sugiharti, S.P., M.Sc., Ph.D. Sebanyak 86 mahasiswa semester III turut serta dalam kegiatan ini sebagai bagian dari mata kuliah wajib dalam Kurikulum 2024.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Prof. Dr. Ir. A. Muslim, M. Agr., beliau menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada narasumber atas kesediaannya meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk berbagi pengetahuan kepada mahasiswa HPT FP UNSRI. “Saya berharap para mahasiswa dapat termotivasi dan terinspirasi untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dari kegiatan ini” ujar Prof. Muslim. Beliau juga menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan praktisi dalam memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap tantangan nyata di bidang perlindungan tanaman. Selanjutnya, Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) sekaligus Koordinator Program Studi Proteksi Tanaman memberikan imbuhan. Dalam sambutannya beliau menyampaikan kegiatan praktisi seperti ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Materi yang disampaikan tidak hanya teori tetapi juga aplikasi dan praktik lapang. Prof. Herlinda juga mendorong mahasiswa untuk aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan ini.“Sebagai mahasiswa, harus belajar dengan tekun dan pantang menyerah. Jadikan Ibu Maria sebagai role model yang bisa ditiru” ujar Prof. Herlinda. “Beliau adalah alumni HPT FP UNSRI yang kini aktif berkecimpung dalam bidang bioteknologi proteksi tanaman. Ini bukti bahwa lulusan kita mampu berkontribusi di dunia industri dan riset” tambahnya.
Materi inti mengenai bioteknologi dalam perlindungan tanaman disampaikan oleh ibu Maria Sugiharti, S.P., M.Sc., Ph.D. sebagai peneliti senior di PT. Wilmar Benih Indonesia. Dalam materi pembuka, beliau menyampaikan motivasi kepada mahasiswa HPT FP UNSRI. “28 tahun yang lalu, saya pun berada di posisi kalian menjadi mahasiswa yang terus berproses dan belajar. Pesan saya manfaatkan setiap peluang yang ada, karena sejatinya kesempatan terbuka bagi siapa saja, yang membedakan hanyalah bagaimana cara kita untuk mengambil kesempatan tersebut.” ungkap ibu Maria, Ph.D. memberikan motivasi. Dalam sesi pemaparan materi, narasumber Maria, Ph.D. menjelaskan secara komprehensif mengenai penyakit busuk pangkal batang pada kelapa sawit yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Ia memaparkan bahwa patogen ini bersifat mematikan namun bekerja secara perlahan, sehingga sering kali tidak menunjukkan gejala yang kasatmata pada tahap awal infeksi. “Gejala khas yang dapat diamati antara lain munculnya daun tombak yang tidak membuka sempurna serta pelepah daun yang menggantung atau dikenal dengan istilah pelepah sengkleh.” jelasnya. Karena sifat serangan yang tersembunyi, deteksi dini menjadi sangat krusial. Oleh karena itu, pendekatan molekuler digunakan sebagai metode utama untuk mendeteksi keberadaan patogen sebelum gejala fisik muncul, sehingga pengendalian dapat dilakukan lebih efektif dan tepat waktu.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu mahasiswa mengajukan pertanyaan mengenai strategi pengendalian penyakit yang disebabkan oleh Ganoderma, khususnya pada tanaman kelapa sawit. “Mengingat serangan Ganoderma yang mematikan secara perlahan dan kerugian besar, strategi pengendalian apa yang bisa dilakukan?” Tanya Aibaba salah satu mahasiswa HPT. Menanggapi hal tersebut, narasumber menjelaskan bahwa pengendalian Ganoderma memerlukan pendekatan terpadu yang mencakup identifikasi dini dan sanitasi lahan. Selain itu, saat ini sedang dikembangkan mikroorganisme agens hayati yang dapat menekan penyebaran pathogen. Kegiatan ini diharapkan mampu memperkaya wawasan mahasiswa dalam bidang perlindungan tanaman, khususnya terkait deteksi dan pengendalian penyakit secara ilmiah dan aplikatif. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya berkomitmen untuk terus menghadirkan kegiatan serupa sebagai upaya memperkuat kompetensi mahasiswa dan menjawab tantangan dunia pertanian yang semakin kompleks.
Badan Karantina Indonesia dan Universitas Sriwijaya Bersinergi: Praktisi Berbagi Ilmu dalam Program Practitioner Goes to Campus
Indralaya, 13 Oktober 2025 – Program Studi Proteksi Tanaman, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, menyelenggarakan kegiatan “Practitioner Goes to Campus” bekerja sama dengan Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Selatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi antara dunia akademik dan dunia kerja, khususnya dalam bidang perkarantinaan tumbuhan dan perdagangan internasional. Kegiatan Praktisi Mengajar untuk mata kuliah Karantina Tumbuhan diikuti oleh 86 mahasiswa semester III sebagai bagian dari mata kuliah wajib dalam Kurikulum 2024.
Acara dibuka dengan sambutan dari Prof. Ir. A, Muslim, M.Agr. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, yang menyampaikan apresiasi terhadap kehadiran pihak Balai Karantina. Dalam sambutannya beliau mengatakan, “Sinergi antara kampus dan instansi pemerintah seperti Balai Karantina adalah langkah strategis dalam mencetak lulusan yang kompeten dan berdaya saing”. Beliau menekankan pentingnya kegiatan seperti ini sebagai upaya memperluas wawasan mahasiswa mengenai penerapan ilmu proteksi tanaman dalam dunia kerja nyata, khususnya terkait aspek regulasi, kesehatan tanaman, dan ekspor pertanian. Selanjutnya, Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) sekaligus Koordinator Program Studi Proteksi Tanaman juga menyampaikan sambutan. Beliau mengungkapkan bahwa kegiatan ini menjadi sarana yang sangat strategis bagi mahasiswa untuk memahami peran penting karantina tumbuhan dalam menjaga keamanan pangan dan kelestarian sumber daya alam hayati. Beliau menegaskan bahwa kolaborasi antara lembaga pendidikan dan instansi teknis pemerintah harus terus diperkuat agar lulusan siap menghadapi tantangan global. “Kegiatan ini menjadi jembatan penting antara dunia akademik dan praktik lapangan, sehingga mahasiswa dapat memahami tantangan nyata di sektor karantina”, ungkapnya.
Materi utama dalam kegiatan ini disampaikan oleh perwakilan Balai Karantina Tumbuhan Sumatera Selatan, yakni Ibu Anita Setyawati, S.P., M.Si. dan Ibu Eka Yulistin, S.P., M.Si., yang membawakan topik bertajuk “Karantina dan Perdagangan Dunia”. Dalam pemaparannya, kedua narasumber menguraikan landasan hukum pelaksanaan karantina berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019, serta menjelaskan peran strategis Barantin dalam mencegah masuk dan menyebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK). Mereka juga menyoroti pentingnya pemenuhan persyaratan fitosanitari sebagai bagian dari prosedur ekspor komoditas pertanian. Narasumber menegaskan bahwa sinergi antara lembaga karantina dan pelaku usaha agribisnis menjadi kunci agar produk pertanian Indonesia mampu bersaing di pasar internasional. “Generasi muda harus memahami bahwa karantina bukan hanya soal pengawasan, tetapi juga bagian penting dari strategi perdagangan global yang berkelanjutan”, ungkap Ibu Anita Setyawati, S.P., M.Si. yang mencerminkan komitmen Barantin dalam menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan kapasitas generasi muda di bidang perkarantinaan dan perdagangan global.
Usai pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab interaktif antara mahasiswa dan narasumber. Mahasiswa tampak antusias mengajukan berbagai pertanyaan seputar prosedur ekspor produk pertanian, sertifikasi fitosanitari, hingga peluang karier di bidang karantina tumbuhan. Salah satu mahasiswa menyampaikan, “Apa tantangan terbesar yang dihadapi Badan Karantina dalam mencegah masuknya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dalam ekspor-impor?”, hal ini menunjukkan ketertarikan mahasiswa untuk mendalami bidang ini lebih jauh. Narasumber menjawab dengan lugas, disertai contoh-contoh kasus nyata yang pernah dihadapi Barantin Sumatera Selatan. Kegiatan ini diakhiri dengan foto bersama dan penyerahan sertifikat kepada narasumber yang diserahkan oleh Sekretaris Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Erise Anggraini, S.P., M.Si., Ph.D. Melalui kegiatan Practitioner Goes to Campus ini, diharapkan mahasiswa semakin memahami pentingnya karantina dalam menjaga kesehatan tumbuhan dan memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan dunia.
