Seminar Hasil Pemantauan Karantina Bahas Strategi Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di Sumatera Selatan
Palembang, 10 November 2025 — Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Sumatera Selatan menggelar Seminar Hasil Pemantauan Daerah Sebar HPHK, HPIK, dan OPTK Tahun 2025 dengan tema “Optimalisasi Hasil Pemantauan HPHK, HPIK, dan OPTK untuk Peternakan, Perikanan, dan Pertanian yang Berkelanjutan.” Kegiatan ini berlangsung di Aula Lantai 2 BKHIT Sumatera Selatan dan diikuti oleh lebih dari 80 peserta, baik secara luring maupun daring, yang terdiri dari pejabat karantina, akademisi, serta perwakilan instansi pemerintah kabupaten/kota di seluruh Provinsi Sumatera Selatan. Acara dibuka secara resmi oleh Kepala BKHIT Sumatera Selatan, drh. Sri Endah Ekandari, M.Si., yang menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengendalian hama, penyakit, dan organisme pengganggu yang berpotensi mengancam ketahanan pangan nasional. “Kegiatan ini menjadi momentum bagi kita semua untuk memperkuat koordinasi, memastikan sistem karantina berfungsi optimal, dan menjaga keberlanjutan sektor agrikultur di Sumatera Selatan,” ujarnya. Dalam sesi utama, Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, menyampaikan materi berjudul “Kajian Pengembangan Produk Pertanian dan Hortikultura di Sumatera Selatan.” Dalam paparannya, Prof. Herlinda menekankan bahwa pengembangan komoditas unggulan pertanian tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan dan pengawasan terhadap OPTK (Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina) yang berpotensi menurunkan produktivitas tanaman. Ia menyoroti pentingnya sinergi antara kegiatan penelitian, pengawasan karantina, dan penerapan teknik sampling lapangan yang akurat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan kebijakan pengendalian.
Lebih lanjut, Prof. Siti Herlinda menjelaskan bahwa teknik sampling dalam pemantauan OPTK harus dilakukan secara representatif dengan memperhatikan keragaman ekosistem, kondisi geografis, serta karakteristik komoditas pertanian lokal. Pendekatan ilmiah semacam ini menurutnya dapat membantu mendeteksi lebih dini potensi serangan organisme pengganggu dan mencegah penyebaran lintas wilayah. Selain itu, ia juga menegaskan bahwa hasil pemantauan lapangan seharusnya tidak berhenti pada aspek teknis semata, tetapi perlu diintegrasikan dengan upaya pengembangan produk pertanian bernilai tambah tinggi, misalnya melalui inovasi varietas tahan hama, penerapan bioteknologi, dan sistem pertanian ramah lingkungan. Selain Prof. Siti Herlinda, seminar ini juga menghadirkan narasumber dari berbagai instansi, antara lain Kepala Balai Veteriner Provinsi Lampung, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Dinas Perikanan Provinsi Sumatera Selatan, serta Ketua Jurusan Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Universitas Sriwijaya. Para narasumber ini membahas berbagai topik mulai dari pengendalian penyakit hewan strategis, mitigasi penyakit ikan, hingga kebijakan teknis pengendalian virus dan gulma tanaman hortikultura di Sumatera Selatan.
Diskusi berlangsung dinamis dengan berbagai tanggapan dan masukan dari peserta, baik dari instansi pemerintah maupun akademisi. Hasil pembahasan menghasilkan sejumlah rekomendasi teknis dan kebijakan untuk mendukung kegiatan pemantauan dan pengendalian HPHK, HPIK, dan OPTK secara berkelanjutan. Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama dan ramah tamah, menandai komitmen seluruh peserta untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam menjaga ketahanan pangan, keamanan hayati, dan keberlanjutan sumber daya pertanian di Sumatera Selatan.
Penulis: Tim Redaksi HPT-FP UNSRI
Editor: Tim HPT Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Foto: Dokumentasi HPT dan BKHIT Sumatera Selatan
