Pelaksanaan Pengabdian Berbasis Wilayah yang Didanai Universitas Sriwijaya
Indralaya, 22 September 2025 – Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya melaksanakan pengabdian masyarakat sebagai wujud nyata implementasi hasil penelitian. Terdapat dua judul dalam kegiatan ini, yaitu “Bimbingan Teknis Aplikasi Bioinsektisida Berbahan Aktif Jamur Entomopatogen untuk Mengendalikan Hama Sayuran Brassicaceae di Desa Pulau Semambu” dan “Pelatihan Aplikasi Bioinsektisida Berbasis Bakteri Entomopatogen pada Tanaman Cabai di Desa Pulau Semambu”. Kegiatan ini diikuti oleh 22 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Tunggal Makmur dan Subur Makmur. Pengabdian masyarakat ini diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si. dan Erise Anggraini, S.P., M.Si., Ph.D. dengan anggota tim Dr. Jelly Milinia Puspita Sari, S.P., M.Si., Dellania Eka Rindiani, S.P., M.Si., serta Ghita Athalina, B.Eng., M.Eng. Sejumlah dosen lain juga turut mendukung pelaksanaan kegiatan, di antaranya Weri Herlin, S.P., M.Si, Ph.D., Dr. Rahmat Pratama, S.Si., Rahmad Fadli, SP., M.Si., Nurlaili Habibi Danata, S.P., M.P., Anton Meilus Putra, S.P., M.P. dan Titi Tricahyati, S.P., M.Si. Tidak hanya melibatkan dosen, mahasiswa juga ikut berpartisipasi aktif dalam mendampingi petani, diantaranya Muhammad Sidik, M. Alfi Syahru Ramadhan, Axel Chritian Sirait, Muhammad Tegar Yusniawan, Alamsyah dan Muhammad Arifudin.
Dalam diskusi yang dilakukan di lahan pertanian, para petani mengungkapkan berbagai masalah yang sering mereka hadapi, seperti serangan ulat daun Plutella xylostella pada tanaman caisim. Selain itu, mereka juga mengeluhkan hama lain berupa kutu daun, kutu loncat, serta busuk pada cabai. Berbagai permasalahan ini tidak hanya menurunkan hasil panen, tetapi juga membuat petani semakin bergantung pada pestisida kimia, yang dalam jangka panjang berpotensi merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan. Sebagai upaya solusi, tim pengabdian memperkenalkan metode pengendalian hama ramah lingkungan melalui pembuatan bioinsektisida berbahan aktif jamur entomopatogen Beauveria bassiana. Jamur ini mampu menginfeksi hama, menimbulkan penyakit, hingga akhirnya menyebabkan kematian secara perlahan. “Kami akan memberikan biang jamur yang bisa dikembangkan menjadi larutan bioinsektisida yang siap pakai, jadi bapak-ibu tidak perlu lagi membeli pestisida sintetik” jelas Prof. Siti Herlinda. “Nantinya kami akan turut serta membimbing petani dalam pembuatan bioinsektisida dan penerapannya langsung di lapangan.” Imbuh Bu Erise, Ph.D.
Selain itu, tim pengabdian juga menanggapi keluhan petani terkait busuk cabai akibat serangan lalat buah serta gangguan kutu daun dan kutu loncat. Solusi yang ditawarkan adalah penggunaan atraktan feromon berbahan aktif metil eugenol. Pada kesempatan itu, Prof. Siti Herlinda turut mendemonstrasikan cara pemasangan perangkap sekaligus menjelaskan mekanismenya. “Lalat buah jantan akan terperangkap sehingga tidak bisa membuahi betina, dan populasi lalat akan menurun” terangnya. Untuk hama kutu daun dan kutu loncat, tim pengabdian menyarankan metode pengendalian secara fisik dan mekanik. Cara yang digunakan adalah penyemprotan air bertekanan ke bagian bawah daun, tempat hama banyak bersembunyi. “Saat penyiraman, air diarahkan ke permukaan bawah daun karena sebagian besar kutu berada di sana. Jadi, sambil menyiram kita juga melakukan pengenalian” jelas Bu Erise, Ph.D. Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada petani bahwa pengendalian hama tidak harus selalu bergantung pada pestisida sintetis. Dengan memanfaatkan bioinsektisida dan metode hayati lainnya, penggunaan pestisida kimia diharapkan dapat dikurangi, sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga dan produktivitas panen dapat ditingkatkan.
